Bagaimana Sebenarnya Pilihan?

Posted by Unknown on 2:43 PG with No comments
Menurut saya peribadi sih, Ahok adalah orang yang bijaksana sekali dan beriman kepada agamanya. Saya sendiri Kristen seperti dia, tetapi yang membuat saya bangga bukanlah kesaaman saya dengan beliau, melainkan keberanian beliau, ketaatan beliau, keteguhan beliau, dan kejujuran beliau sendiri. Jujur, beliau adalah sosok yang sangat berlainan dengan saya. Namun, lain bukan berarti tidak sependapat, dan lain juga bukan berarti tidak sejalan toh? Semua tergantung cara pandang kita.

Bila anda ingin bebal terhadap suatu pilihan, lah sudah. Apa susahnya bukan? Tinggal berpendirian dan mencari alasan untuk tetap bertahan di pilihan anda. Tetapi sebenarnya masalahnya bukanlah di sana. Masalahnya adalah kebebalan yang tidak diperlukan, khususnya di negeri Indonesia yang tercinta kita ini. Bila anda tidak mengerti terhadap keputusan anda sendiri tetapi masih ingin menetap terhadap pendirian anda, itulah masalahnya. Banyak orang yang saya lihat terutama di media sosial, selalu mencari kesalahan agar terlihat benar. Tidak ada fakta lagi yang bisa dia ungkapkan dan satu-satunya cara adalah menyalahkan yang tak perlu disalahkan.

Hebatlah orang yang berpendirian tetapi bodohlah orang yang mencari kesalahan agar terlihat benar. Bukannya bisa lebih maju ya kalau kita sama-sama mencari yang benar dan tidak egois dan keras kepala terhadap pilihan yang sebenarnya sudah terlihat salah. Banyak orang yang sudah terlanjur memilih terhadap sesuatu dan yakin tetapi setelah melihat fakta kesalahan dari pilihannya tersebut, ia tidak mau kecewa dan oleh sebab itu, dia tetap memilihnya dan menyalahkan fakta tersebut. Semua karena ego manusia.

Saya menulis ini bukan berarti saya benar, tetapi saya sadar bahwa saya bisa mengubah mungkin hanya sebagian kecil dari pilihan kalian, dari kehidupan kalian untuk bisa sedikit mengerti. Saya tidak ingin menjadi provokator yang tidak perli. Toh bodoh sekali kalian bila merasa bisa diprovokasi oleh anak umur 15 tahun.

Intinya, mengapa kita terus berpendirian terhadap kebodohan yang telah terungkap oleh fakta? Apakah kita malu bila harus berpindah pilihan? Tentu. Tetapi apakah itu membenarkan kita? Tidak.

Categories: ,